Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

13 Agustus 2009

Amalan Sederhana

Imam Bukhari dan Imam Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits tentang seorang imam masjid di Quba’ yang punya kebiasaan ‘aneh’, setiapkali selesai membaca al-Fatihah dan sebelum membaca surah/ayat berikutnya terlebih dahulu dia membaca surah al-Ikhlash, selalu begitu dalam setiap raka’at shalatnya, kebiasaan ini membuat jama’ahnya mengeluh, lalu menawarkan sang imam untuk memilih salah satu, al-Ikhlash saja atau surah yang lain, jangan diborong semuanya, tapi tawaran itu domentahkan sang Imam, “kalau kalian masih redha dengan ‘gaya’ ku, aku akan jadi imam dengan ‘cara’, tapi pabila kalian tak berkenan, sila cari imam yang lain, aku tidak akan pernah meninggalkan ‘gaya’ ku itu.” Karena sang imam bersikeras, padahal beliau adalah orang yang paling bagus bacaannya, terpaksa beliau tetap menjadi imam....

Tapi tak beberapa lama berselang, baginda Rasul yang mulia bertandang ke masjid tersebut, kesempatan itu dimanfaatkan jama’ah untuk melaporkan kepada Rasulullah berkenaan kebiasaan imam tersebut, akhirnya imam dipanggil kehadapan Rasulullah, “wahai imam, kenapa tuan menolak tawaran jama’ahmu, apa pasal sehingga engkau berkukuh dengan gayamu itu?” sangh imam hanya menjawab dengan singkat, “ya Rasulallah, inni uhibbuha (aku cinta pada surah al-Ikhlash).” Mendengar jawaban tersebut, Rasul katakana: “hubbuka iyyaha adkhalakal jannah (cintamu yang demikian memasukkan engkau kedalam surga.”..

Saudaraku.. tentu setiap kita dah hapal sedari kanak-kanak surah al-Ikhlash, ia nya cuma 4 ayat, tak lebih tak kurang, tapi pertanyaannya apakah kita ni bias masuk surga macam imam masjid tersebut??? Tentu tanpa menafikan amalan wajib yang prioritas, tetapi jaminan rasul bahwa dia masuk surga terkait sekali dengan amalannya yang aneh menurut jama’ahnya.

Jawabannya sebenarnya amat sederhana, bahwa dia dah berazam tak nak tinggalkan amalan sesederhana apapun ia nya, nah, sikap itu yang diistilahkan dengan istiqamah, dia masuk surga tidak hanya karena surah al-Ikhlashnya, tetapi justru dengan kekuatan ISTIQAMAH.

Sungguh banyak sekali amalan sederhana dalam kehidupan keseharian kita, tetapi apakah sudah mampu kita lakukan dengan istiqamah? Rasulullah bersabda, “janganlah kalian meremehkan amalan yang baik sedikitpun, sekalipun sekadar bermuka manis ketika bertemu dengan saudaramu.” [HR. Muslim, no. 4760, Ahmad no. 19717] sungguh betapa mudahnya masuk surga, ketika kita mampu melakukan amalan shalih dengan istiqamah, mudah-mudahan Allah kuatkan kaki kita agar selalu istiqamah di jalan-Nya, amiin.

LA TAHZAN FOR TEENS

BAHAYA KESEDIHAN

Kenapa tidak boleh bersedih? Bukankah bersedih itu manusiawi?

Bersedih karena materi akan membuat kita mengalami depresi. Robert E. Lane dalam The Loss of Happiness in Market Democration menyatakan, “... untuk dapat dikatakan depresi, Anda harus memiliki paling tidak empat gejala di bawah ini yang berlangsung hampir setiap hari, selama paling tidak dua minggu:
1.selera makan hilang atau kehilangan berat yang sangat berarti (dalam keadaan tidak diet);
2.susah tidur (insomnia) dan hipertensi;
3.gerakan yang melambat (agitasi psikomotor);
4.kehilangan minat atau rasa senang pada kegiatan-kegiatan yang biasa kita lakukan;
5.kehilangan tenaga, kelelahan;
6.merasa tidak berharga, menyalahkan diri, atau merasa bersalah yang berlebihan;
7.menggerutu atau menujukkan hilangnya kemampuan berpikir sehingga sulit mengambil simpulan;
8.selalu muncul pikiran tentang kematian, bunuh diri, ingin segera mati.

Bersedih merupakan hal yang dilarang Allah melalui firman, Hai hamba-hambaku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati (QS Al-Zukhuf [43]:68); dan janganlah apa yang menimpa mereka membuat kamu bersedih hati. (QS Al-Hijr [15]:88)

Daniel Goleman menulis, “Pada sebagian negara kaya kemungkinan orang yang lahir pada 1955 untuk menderita depresi besar—bukan hanya kesedihan, tetapi kesepian yang melumpuhkan, kehilangan semangat, kehilangan harga diri, ditambah perasaan tidak berdaya yang luar biasa—pada satu titik kehidupan lebih dari tiga kali lebih besar daripada generasi kakek mereka.” Dengan merujuk data yang sama, Martin Selibman, tokoh psikologi positif, berkomentar, “Kita sekarang ini berada di tengah-tengah wabah depresi, wabah dengan akibat bunuh diri yang menyebabkan kematian sama banyaknya dengan kematian karena AIDS dan lebih menyebar. Depresi yang parah sepuluh kali lebih banyak terjadi sekarang ini daripada limapuluh tahun lalu. Depresi menyerang perempuan dua kali lebih sering dari lelaki dan sekarang menyerang sepuluh tahun lebih muda daripada genrasi sebelumnya.”

Sikap sedih akan memadamkan bara harapan, mematikan ruh cita-cita, dan membekukan semangat jiwa. Kesedihan tak ubahnya seperti demam yang melumpuhkan kehidupan umat Islam. Kesedihan bahkan seperti barikade yang tidak mudah untuk dilalui dan menghalangi setiap pergerakan menuju kebahagiaan. Bahkan, kesedihan merupakan situasi yang paling disukai setan karena melalui kesedihan setan menurunkan keyakinan hati manusia akan keadilan dan kasih sayang Allah. Sesungguhnya pembicaraan rahasia (yang dilakukan selain orang beriman) adalah dari setan, untuk menimbulkan kedukaan terhadap orang-orang yang beriman. (QS Al-Mujadilah [58]:10)

Seorang Muslim diperintahkan untuk mengusir kesedihan, tidak boleh menyerah, serta harus membuang jauh-jauh, menolak, melawan dan mengalahkan kesedihan. Bahkan Nabi sendiri pernah memohon agar dihindarkan dari kesedihan melalui doanya, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kecemasan dan kesedihan.”
Situasi tanpa kesedihan adalah gambaran surga. Kelak ketika di surga, kita akan berkata, Segala puji bagi Allah yang telah mengusir kesedihan dari diri kami. (QS Gathir [35]:34)

Untuk itu, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk mendatangkan kebahagiaan dan menciptakan kehidupan yang melapangkan dada. Kita harus memohon kehidupan yang baik, penghidupan yang memuaskan , pikiran yang jernih, dan kelapangan dada. Karena itu, seorang ulama pernah menyatakan, “Sesungguhnya di dunia ini terdapat surga. Barang siapa yang belum memasukinya, ia belum dapat memasuki surga di akhirat.”
Allahumma inni a’udzubika minal hammi wal zubni, wal ‘ajzi wal kasali, wal bukhli wal jubni, wal dhola’id baini wa gholabatir rijal (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan, kesedihan, kelemahan, kemalasan, kekikiran, berhati pengecut, terbelit hutang, dan tertindas oleh yang lain.)

JANGAN BUNUH SAUDARAMU

[4:93] Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.

Makna Lafal Ayat:
“Dan barang siapa” (وَمَن) dalam Bahasa Arab, kata tersebut merupakan kata syarat. Dalam ilmu Ushul Fiqh kata syarat tersebut memiliki makna umum. Sehingga seluruh orang yang melakukan perbuatan sebagaimana yang disebutkan pada ayat tersebut akan mendapatkan balasan yang disebutkan pada ayat tersebut.

“Membunuh seorang mukmin” yaitu yang membunuh orang yang beriman pada Alloh dan Rosul-Nya. Oleh karena itu, orang yang membunuh orang kafir atau orang munafik tidak termasuk dalam ayat ini. Akan tetapi membunuh orang kafir yang memiliki perjanjian damai atau yang tunduk kepada pemerintah muslim atau yang meminta perlindungan keamanan kepada pemerintah muslim, adalah suatu perbuatan dosa.

Namun pembunuhnya, tidak diancam dengan ancaman sebagaimana yang disebutkan pada ayat ini. Adapun orang-orang munafik, maka syariat Islam menjaga darah mereka selama mereka tidak menampakkan prilaku kemunafikannya.

“Dengan sengaja”, berdasarkan kalimat ini, maka anak kecil ataupun orang gila tidak termasuk dalam ayat ini. Demikian juga orang yang membunuh tanpa kesengajaan. Karena ketiga jenis orang ini, melakukan perbuatan tanpa disertai niat yang teranggap.

Allah swt telah memberikan ancaman yang sangat besar dan tegas pada ayat ini bagi orang -siapa pun dia- yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja. Alloh menyebutkan empat buah balasan bagi orang ini adalah sebagai berikut:

1.“Jahanam” : Allah swt akan memasukkan orang ini ke dalam neraka jahanam.

2.Tidak cukup dengan sekedar memasukkan ke dalam jahanam, namun Allah menjadikan orang tersebut tinggal di dalamnya dalam waktu yang sangat lama “Ia kekal di dalamnya.”

3.“Allah murka kepadanya” : Kalimat ini juga menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat Al Ghodhob (murka).

4.“dan (Allah) melaknatinya.” : Yaitu Allah menjauhkan orang ini dari rahmat-Nya.

Demikianlah 4 buah balasan yang Allah berikan pada orang yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja. Jika seandainya disebutkan satu buah balasan saja, maka hal ini akan menjadi penghalang bagi seorang mukmin yang takut akan Robb-Nya untuk tidak melakukan dosa ini.

Maka bagaimana jika disebutkan empat buah balasan sekaligus!!?? Wallohul musta’an.

Bertaubatlah !!!

Dosa membunuh seorang muslim dengan sengaja tanpa hak, bukanlah sebuah dosa yang ringan, apapun cara yang dilakukannya. Beratnya ancaman yang Allah janjikan bagi pelakunya merupakan bukti besarnya dosa perbuatan ini. Maka jalan yang harus ditempuh bagi para pelaku pembunuhan ini adalah bertaubat

[25:68] Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),

[25:69] (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,

[25:70] kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Dengan sangat jelas, Allah telah memberikan janji bagi orang yang bertaubat dari dosa-dosa untuk mengganti kejelekan mereka dengan kebaikan. Walhamdulillah ‘ala ni’matihil ‘adhiimah.

Sebesar apapun dosa yang dilakukan oleh seorang hamba, Alloh subhanahu wa ta’ala pasti akan mengampuninya jika ia bertaubat. Bahkan dosa pembunuhan yang telah Alloh ancam pelakunya dengan kekal di neraka, akan Ia ampuni jika pelakunya mau bertaubat.

Mari kita renungkan kembali sebuah kisah yang telah disampaikan oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam tentang seorang pemuda dari Bani Israil yang telah membunuh sekian banyak manusia.

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam telah menceritakan sebuah kisah tentang seorang pemuda dari Bani Israil yang telah membunuh 99 jiwa, kemudian Allah menyadarkan pemuda tersebut untuk segera bertaubat. Maka pergilah sang Pemuda tersebut kepada seorang ahli ibadah (‘abid) kemudian dia mengatakan pada ahli ibadah bahwa ia telah membunuh 99 jiwa, apakah dia masih bisa bertaubat?

Maka sang ahli ibadah ini membesar-besarkan permasalahan kemudian dia memutuskan bahwa tidak ada kesempatan bagi pemuda ini untuk bertaubat. Maka sang pemuda tadi membunuh ahli ibadah ini sehingga genaplah 100 jiwa yang dia bunuh.

Kemudian datanglah sang pemuda tadi kepada seorang ahli ilmu (ulama) dan dia berkata bahwa dia telah membunuh 100 jiwa, apakah dia masih bisa bertaubat?

Ulama tadi menjawab, “Ya, siapa yang dapat menghalangimu dari taubat?” Kemudian ulama tadi melanjutkan, “Akan tetapi, penduduk negeri tempat tinggalmu adalah orang-orang yang zalim. Pergilah ke negeri Fulan, penduduk di sana adalah orang-orang yang baik dan shalih!”

Kemudian sang pemuda tadi pergi bersafar ke negeri yang telah ditunjukkan oleh ulama tadi. Dia berhijrah dari negerinya menuju negeri yang penduduknya baik dan shalih, namun dia wafat di tengah-tengah perjalanannya. Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab saling memperebutkan siapa yang berhak membawa ruh pemuda tadi. Kemudian Allah mengutus seorang penengah di antara kedua malaikat tadi.

Sang penengah tadi berkata, “Ukurlah jarak pemuda ini antara kedua negeri tersebut (negeri asalnya dan negeri tempat dia berhijrah), mana di antara keduanya yang lebih dekat dengannya maka dia termasuk penduduk kota tersebut.”

Ternyata sang pemuda tadi lebih dekat dengan negeri yang penduduknya orang-orang shalih, kemudian Malaikat Rahmat membawa ruhnya. (HR. Bukhori 3470, Muslim 2766)

Seorang yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka dia memiliki tiga bentuk taubat yang harus dia tunaikan, bertaubat pada Allah, bertaubat yang berkaitan dengan hak keluarga orang yang dibunuh dan bertaubat yang berkaitan dengan hak orang yang dibunuh.

1.Taubat yang terkait dengan hak Allah, maka tidak diragukan lagi, Allah akan menerima taubat hambanya dari segala macam dosa termasuk dosa membunuh seorang mukmin dengan sengaja jika si pelaku bertaubat dengan taubatan nasuha.

Allah berfirman," Katakanlah, Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas, terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (QS. Az Zumar: 54)

2.Taubat yang terkait dengan hak keluarga yang dia bunuh, maka taubat ini dapat ditunaikan dengan mendatangi keluarga orang yang dia bunuh dan mengatakan bahwa saya telah membunuh salah satu keluarga mereka dan ingin bertaubat, maka lakukanlah apa yang kalian ingin lakukan terhadapku.

Maka, keluarga memiliki hak baik minta diqishosh atau meminta tebusan (diyat) atau memaafkan sang pembunuh. Semuanya terserah pada keluarga yang dibunuh.

3.Taubat yang terkait dengan hak orang yang dibunuh, maka taubat yang terkait dengan orang yang dibunuh tidak dapat lagi ditunaikan di dunia.

Namun, pendapat yang lebih kuat adalah bahwa jika sang pembunuh taubat dengan taubat yang sebenar-benarnya, maka hal ini dapat menggugurkan dosa-dosanya dan taubatnya diterima. Bahkan taubat yang terkait dengan hak orang yang dibunuh.

Karena taubat yang benar dari seorang pelaku dosa, tidak akan menyisakan dosanya sedikit pun. Adapun orang yang dibunuh, dengan rahmat dan keutamaan dari Allah, Allah dapat menaikkan derajatnya lebih tinggi ataupun mengampuni dosa-dosanya yang lain.

Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala,

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Furqon: 68-70)

Islam Itu Agama Yang Mudah

Islam mempunyai karakter sebagai agama yang penuh kemudahan seperti telah ditegaskan langsung oleh Allah Swt. dalam firmanNya: “…dan Dia tidak menjadikan kesukaran dalam agama atas diri kalian.”

Sementara dalam sebuah haditsnya, Nabi Saw. pun bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt. tidak mengutusku untuk mempersulit atau memperberat, melainkan sebagai seorang pengajar yang memudahkan.” (HR. Muslim, dari ‘Aisyah ra.)

Visi Islam sebagai agama yang mudah di atas termanifestasi secara total dalam setiap syari’atnya. Sampai-sampai, Imam Ibn Qayyim menyatakan, “Hakikat ajaran Islam semuanya mengandung rahmah dan hikmah. Kalau ada yang keluar dari makna rahmah menjadi kekerasan, atau keluar dari makna hikmah menjadi kesia-siaan, berarti itu bukan termasuk ajaran Islam. Kalaupun dimasukkan oleh sebagian orang, maka itu adalah kesalahkaprahan.”

Ada beberapa prinsip yang secara kuat mencerminkan betapa Islam merupakan agama yang mudah, diantaranya :

Pertama, menjalankan syari’at Islam boleh secara gradual (bertahap).

Dalam hal ini, seorang muslim tidak serta-merta diharuskan menjalankan kewajiban agama dan amalan-amalan sunnah secara serentak. Ada tahapan yang mesti dilalui: mulanya kita hanya diperintahkan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban pokok agama. Setelah yang pokok-pokok berhasil dilakukan dengan baik dan rapi, kalau punya kekuatan dan kesempatan, maka dianjurkan untuk menambah dengan amalan-amalan sunnah.

Izin untuk mengamalkan syari’at Islam secara bertahap ini telah dicontohkan oleh RasululLah Saw. sendiri. Suatu hari, seorang Arab Badui yang belum lama masuk Islam datang kepada RasululLah Saw. Ia dengan terus-terang meminta izin untuk sementara menjalankan kewajiban-kewajiban Islam yang pokok saja, tidak lebih dan tidak kurang.

Beberapa Sahabat Nabi menunjukkan kekurang-senangannya karena menilai si Badui enggan mengamalkan yang sunnah. Tapi dengan tersenyum, Nabi Saw. mengiyakan permintaan orang Badui tersebut. Bahkan beliau bersabda: “Dia akan masuk surga kalau memang benar apa yang dikatakannya.”

Kedua, adanya anjuran untuk memanfaatkan aspek rukhshah (keringanan dalam praktek beragama).

Aspek Rukhshah ini terdapat dalam semua praktek ibadah, khususnya bagi mereka yang lemah kondisi tubuhnya atau berada dalam situasi yang tidak leluasa. Bagi yang tidak kuat shalat berdiri, dianjurkan untuk shalat sambil duduk. Dan bagi yang tidak kuat sambil duduk, dianjurkan untuk shalat rebahan. Begitu pula, bagi yang tidak kuat berpuasa karena berada dalam perjalanan, maka diajurkan untuk berbuka dan mengganti puasanya di hari-hari yang lain.

Dalam sebuah hadits Qudsi Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya Allah suka kalau keringanan-keringananNya dimanfaatkan, sebagaimana Dia benci kalau kemaksiatan terhadap perintah-perintahNya dilakukan.” (HR. Ahmad, dari Ibn ‘Umar ra.)

Dalam sebuah perjalanan jauh, RasululLah Saw. pernah melihat seorang Sahabatnya tampak lesu, lemah, dan terlihat berat. Beliau langsung bertanya apa sebabnya. Para Sahabat yang lain menjawab bahwa orang itu sedang berpuasa. Maka RasululLah Saw. langsung menegaskan: “Bukanlah termasuk kebajikan untuk berpuasa di dalam perjalanan (yang jauh).” (HR. Ibn Hibbân, dari Jâbir bin ‘AbdilLâh ra.)

Ketiga, Islam tidak mendukung praktek beragama yang menyulitkan.

Disebutkan dalam sebuah riwayat, ketika sedang menjalankan ibadah haji, RasululLâh Saw. memperhatikan ada Sahabat beliau yang terlihat sangat capek, lemah dan menderita. Maka beliau pun bertanya apa sebabnya. Ternyata, menurut cerita para sahabat yang lain, orang tersebut bernadzar akan naik haji dengan berjalan kaki dari Madinah ke Mekkah. Maka RasululLâh Saw. langsung memberitahukan, “Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan tindakan penyiksaan diri sendiri, seperti yang dilakukan oleh orang itu.” (HR. Bukhâri dan Muslim, dari Anas ra.)

Demikianlah, Islam sebagai agama yang rahmatan lil’ ‘alamin secara kuat mencerminkan aspek hikmah dan kemudahan dalam ajaran-ajarannya. Dan kita sebagai kaum muslimin, telah dipilih oleh Allah Swt. untuk menikmati kemudahan-kemudahan tersebut. Diceritakan oleh ‘Aisyah ra. bahwa RasululLâh Saw. sendiri dalam kesehariaannya, ketika harus menentukan antara dua hal, beliau selalu memilih salah satunya yang lebih mudah, selama tidak termasuk dalam dosa. (HR. Bukhâri dan Muslim)

Akan tetapi, kemudahan dalam Islam bukan berarti media untuk meremehkan dan melalaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan. Rukhshah tidak untuk dijadikan apologi, keringanan-keringanan dari Allah bagi kita jangan sampai membuat kita justru menjadi jauh dariNya. Karakter Islam sebagai agama yang mudah merupakan manifestasi nyata bahwa ajaran Islam bukanlah sekumpulan larangan yang intimidatif, melainkan ajaran yang menyebarkan kasih-sayang.

Sehingga dengan demikian, ketika kita menjalankan ajaran-ajaran Islam, motivasinya sebaiknya bukan karena kita takut kepada Allah Swt., tapi lebih karena kita rindu dan ingin lebih dekat denganNya. Bukan karena kita ngeri akan nerakaNya, namun lebih karena kita ingin bersimpuh di haribaanNya –di dalam surga yang abadi.

Mengapa kita membaca Al-Qur'an meskipun kita tidak mengerti artinya?

Assalamu'alaikum wr wb

Dalam kerendahan hati, ada ketinggian budi
Dalam kemiskinan harta, ada kekayaan jiwa
Dalam lautan khilaf, ada samudera maaf

Suatu cerita yang indah tentang seorang Muslim tua Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Qur'an di meja makan di dapurnya. Cucu lelakinya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya.

Suatu hari sang cucu nya bertanya, " Kakek! Aku mencoba untuk membaca Qur'An seperti yang kamu lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Qur'An? Dengan tenang sang Kakek dengan meletakkan batubara di dasar keranjang, memutar sambil melobangi keranjang nya ia menjawab, " Bawa keranjang batubara ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air." Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya.

Kakek tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus melakukukannya lebih cepat lagi," Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tsb untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi2 keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah. Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakek nya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah dibolongi, maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya. Sang kakek berkata, "Aku tidak mau ember itu; aku hanya mau keranjang batubara itu. Ayolah, usaha kamu kurang cukup," maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucu nya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakek nya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah. Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai didepan kakek keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, " Lihat Kek, percuma!" " Jadi kamu pikir percuma?" Jawab kakek. Kakek berkata, " Lihatlah keranjangnya. " Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam. " Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur'An. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membaca nya lagi, kamu akan berubah, luar dalam. Itu adalah karunia dari Allah di dalam hidup kita."

Wassalamu'alaikum wr wb.

Setan memiliki 4 kesatuan

Kesatuan pertama ditujukan kepada orang-orang dewasa setan membuat para orang tua ini terlena dalam 4 dosa : setan mendorong mereka berbohong, setan mendorong mereka menuduh orang tentang sesuatu yang tidak mereka lakukan, setan mendorong mereka memberi kesaksian palsu, dan setan mendorong mereka beribadah tanpa mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang hukum cara menjalankan ibadah, orang tua ini akan memanjatkan doa, mendirikan sholat, dan membaca doa-doa wajib, namun mereka berbicara buruk tentang orang lain, mempersaksikan perbuatan buruk orang lain tanpa melihatnya sendiri, dan melaksanakan sholat tanpa mengetahui semua hukum sholat itu, dan orang tua ini tidak akan berupaya mempelajari hukum sholat karena ego mereka, mana kala sekelompok anak muda dari suatu kaum berupaya menjelaskan cara melaksanakan wudhu, para orang tua ini akan mengatakan bahwa mereka baru masuk Islam dan sekarang anak-anak muda ini mau mengajari mereka cara melakukan wudhu.

Kesatuan Kedua ditujukan kepada para pemuda, setan tidak pernah mencegah para pemuda untuk menjalankan ibadah sholat, melaksanakan haji, atau melakukan apa saja lainnya asalkan setan terlibat dalam dua hal. Hal pertama , setan mendorong para pemuda untuk melihat hal-hal yang terlarang untuk mereka, dan yang kedua, mereka mendengar hal-hal yang terlarang untuk mereka.

Kesatuan yang Ketiga ditujukan kepada para perempuan tua, setan mendorong para perempuan tua untuk ghibah (menggosip, mengumpat), menuduh orang lain secara tidak benar, menghancurkan karakter laki-laki dan perempuan lain, dan senang melakukan sihir kepada laki-laki dan perempuan.

Kesatuan yang Keempat ditujukan kepada para perempuan muda, kesatuan ini adalah kesatuan yang paling tidak aktif, karena semua pemudi sudah menjadi bala tentara setan dan setan mengendalikan mereka secara kukuh, setan tidak mendapatkan kesulitan dalam menipu mereka. ( banyak para pemudi yang mempertontonkan aurat mereka, menggunakan wangi-wangian yang mencolok di depan para masyarakat sehingga mengundang syawat para pria, menampak-nampakkan perhiasan kepada orang yang bukan muhrimnya). Namun demikian , satu dalam seribu, setan melihat satu pemudi yang jalan hidupnya mengikuti jalan hidup Nabi Muhammad saw (menggunakan Jilbab, menundukkan pandanganya, menjaga auratnya) maka setan tidak sanggup sama sekali untuk menipunya.

Inilah Empat kesatuan yang diciptakan oleh setan sebagai senjata andalan dalam cara menyesatkan manusia anak turun Adam as. Dan jika para para orang tua, pemuda, perempuan tua, pemudi tidak tersesat oleh ke4 kesatuan ini maka setan akan menunggu sampai mereka menjalankan amal kebaikan, lalu setan akan pergi kepada mereka lagi dan menipu mereka sehingga mereka merasa bahwa mereka telah berbuat baik kepada Allah dengan menjalankan amal kebaikan semacam itu, dan setan akan mendorong mereka untuk bercerita amal-amal kebaikan yang telah mereka lakukan, seperti : “aku telah melaksanakan sholat, menjalankan puasa, besedekah dengan uang yang banyak, atau menolong orang lain saat kesusahan”.

Lalu bagaimanakah kita menghadapi problem penipuan setan ini, sesungguhnya Allah telah menjadikan suatu perbuatan dan jika pengikut Muhammad saw menjalankanya dengan niat yang tulus dan pada saat yang tepat, maka mereka tidak akan mungkin tertipu oleh setan, dan perbuatan itu adalah “sholat wajib”. Akan tetapi untuk memecahkan masalah ini setan telah menunjuk salah satu tentaranya yang bernama “Mutawaqi” pekerjaanya adalah menjadikan para umat RosulAllah malas dan asik dengan kemalasannya itu yang karena itu membuat mereka sholat diakhir waktu. Ketika mereka sholat diakhir waktu, mereka melaksanakan sedemikian hingga sholatnya tidak diterima oleh Allah.

Tahukah Anda,( Ensiklopedi Al Qur’an)

1.Surat yang tak diawali dengan Basmalah adalah surat Al.Taubah
2.Surat yang memiliki dua basmalah adalah surat An Naml
3.Mahkota dan keindahan Al Quran Adalah surat Ar Rahman
4.Jantung Al Quran adalah Surat Yasiin
5.Surat terpanjang adalah surat Al Baqarah
6.Surat terpendek adala Al Kautsar
7.Ayat terpanjang dalam Al Quran adalah ayat ke 282 dari surat Al Baqarah
8.Ayat terpendek dalam Al Quran adalah Thaha
9.Huruf pertengahan dalam Al Quran adalah huruf Ta’
10.Kata terpanjang dalam Al Qur an adalah Fa asqaina kumuhu (Al Hijr 22)
11.Kata paling pendek dalam Al Quran adalah Ba dalam Basmalah
12.Surat yang pertama kali turun adalah Al Alaq
13.Surat yang terakhir turun adalah AL- Nashr
14.Jumlah Juz dalam Al Quran adalah 30 juz
15.Ayat-ayat yang bilamana orang yang mendengarnya atau membacanya wajib bersujud ada empat ayat As-Sajdah ke-32, Fushilat ayat ke -41, Al Najm ayat ke-53, dan Al Alaq ayat ke-19 )
16.Jumlah Basmalah dalam Al Quran ada 144
17.Ayat yang paling penting dalam Al Quran adalah ayat kursy
18.Surat yang diseluruh ayat-ayatnya menyertakan kata Allah adalah surat Al Mujadalah
19.Surat yang tidak terdapat huruf Mim didalamnya adalah Al Kautsar
20.Surat yang tidak terdapat huruf Fa didalamnya adalah Al Fatihah
21.Awal turunnya Al quran adalah 17 Ramadhan tahun pertama kenabian
22.Al Quran turun kepada Rasulullah Saw selama 23 tahun (menurut riwayat yang mahsyur) sebanyak 95 surat turun di Mekkah dan 19 lainnya turun di Madinah.