Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

06 Oktober 2009

Cinta Karena Allah

Oleh: Tim dakwatuna.com
Iman adalah sesuatu yang hidup dan dinamis. Iman yang benar, keyakinan yang kuat akan mengantarkan pemiliknya merasakan halawatul iman -kelezatan dan manisnya iman-. Rasulullah saw. telah berjanji kepada siapa saja yang mampu melaksanakan tiga perkara, ia pasti akan mereguk lezatnya iman. Rasulullah saw. bersabda:
عن أنس بن مالك ـ رضي الله عنه ـ قال : قال النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ : ” لا يجد أحد حلاوة الإيمان ، حتى يحب المرء لا يحبه إلا لله ، وحتى أن يقذف في النار أحب إليه من أن يرجع إلى الكفر بعد إذ أنقذه الله ، وحتى يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما ” . رواه البخاري .

Dari Anas bin Malik ra berkata: Nabi Muhammad saw bersabda: “Seseorang tidak akan pernah mendapatkan manisnya iman sehingga ia mencintai seseorang, tidak mencintainya kecuali karena Allah; sehingga ia dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan darinya; dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya.” Imam Al Bukhari.
Penjelasan:
باب : الحب في الله : Mencintai karena Allah, tidak bercampur aduk dengan riya dan nafsu.
ولا يجد أحد حلاوة الإيمان : Seseorang tidak akan mendapatkan manisnya iman. Iman diserupakan dengan madu, karena keduanya memiliki kesamaan; Manis. Iman yang benar dalam hati akan mewujudkan rasa manis layaknya madu.
وحتى يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما ” : Sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari pada selainnya.

محبة الله : إرادة طاعته ، ومحبة رسوله : متابعته : Mencintai Allah adalah dengan mentaati-Nya, sedangkan mencintai Rasulullah adalah dengan mengikutinya.
Cinta alami tidak masuk dalam bab ikhtiar (pilihan), maka yang dimaksudkan adalah cinta ‘aqli (logis) yaitu mendahulukan apa yang dikehendaki akal, dan yang menjadi pilihannya, meskipun bertentangan dengan hawa nafsu. Seperti orang sakit yang minum obat, ia mengambil dengan pilihannya, karena mengharapkan kesembuhan.
Penggunaan dhamir (kata ganti) pada kalimat سواهما selain keduanya, menunjukkan satu kesatuan.

Karena pernah ada seorang khatib (penceramah) yang mentatsniyahkan dhamir dalam ucapannya:
ومن عصاهما فقد غوى “Dan barang siapa yang mendurhakai keduanya maka ia telah tersesat.” Seketika Rasulullah saw. menyuruhnya untuk menggunakan dhamir mufrad yaitu dengan mengucapkan:
من عصى الله فقد غوى “Barang siapa yang mendurhakai Allah maka ia tersesat. Dipisah,
من عصى الرسول فقد غوى “Dan barang siapa yang mendurhakai Rasulullah maka ia tersesat.”

Penggabungan di sini menunjukkan bahwa yang diperhitungkan adalah kumpulan dua cinta. Berbeda dengan ungkapan khatib tadi, masing-masing maksiat berdiri sendiri.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran:
Mencintai seseorang karena mencari ridha Allah, bukan cinta hafa nafsu dan melanggar syariat. Seperti cinta seseorang dalam ikut serta berjihad di jalan Allah, tidak untuk tujuan duniawi. Seperti cinta seseorang untuk beramal dan berjuang dalam organisasi. Dilakukan hanya untuk mencari keridhoan Allah swt.

Memilih dilemparkan ke dalam api daripada kembali menjadi kafir. Orang yang telah sempurna imannya tidak akan ada yang bisa merubahnya menjadi kafir lagi. Ia tidak mengingkari ajaran agama yang telah diyakini seperti shalat yang telah Allah wajibkan, tidak menghalalkan apa yang telah Allah haramkan, seperti khamr, atau mengharamkan yang halal.

Mendahulukan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya mengalahkan selainnya. Orang yang sempurna imannya kepada Allah dan Rasul-Nya lebih kuat baginya daripada hak ayahnya, ibunya, anaknya, isterinya dan semua manusia. Karena mendapatkan petunjuk dari kesesatan, terbebaskan dari neraka hanya bisa karena Allah lewat seruan Rasul-Nya. Dan di antara ciri hal ini adalah membela Islam dengan ucapan dan perbuatan, mengamalkan syariat Islam, mengikuti sunnah dan berakhlak dengan akhlak Rasulullah saw. Allahu a’lam

Selamat Berjuang Alumni Ramadhan

Oleh: Ridwan, SE - dakwatuna.com

Marilah kita tingkatkan taqwa kepada Allah swt, dengan sebenar-benarnya taqwa agar Allah berkenan memberikan keteguhan jiwa ini kedalam ketaatan dalam setiap kondisi. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat dan juga kepada para pengikutnya yang mudah-mudahan kita semua termasuk di dalamnya.
Tak terasa waktu sudah begitu cepat berlalu mengantarkan manusia dari satu kondisi menuju kondisi yang lain, dimana dari setiap kondisi itu menghasilkan sebuah karakter yang menunjukan satu perwujudan sikap dari seseorang. Sudah hampir sekitar 2 minggu yang lalu kita masih berada dalam sebuah kondisi yang mengajak kita menuju karakter orang bertaqwa yakni ibadah shaum Ramadhan, oleh karena itu maka selama satu bulan yang kita tempuh itu semangatnya harus tetap membara dalam kehidupan di sebelas bulan kemudian.

Kita semua adalah para Alumni Ramadhan, dimana jiwa-jiwanya adalah jiwa-jiwa yang akan terus bersemangat untuk meneruskan apa-apa yang kita lakukan selama bulan puasa. Para Alumni Ramadhan adalah manusia yang menjadikan hari-harinya di sebelas bulan kemudian kualitas ibadah dan bersikap yang sama dengan menjaga agar tetap stabil. Sebelas bulan kemudian pasca Ramadhan merupakan hari-hari yang berat, namun bagi para Alumni Ramadhan hal itu tetap tak membuatnya bergeming dan terus menerus berusaha tetap menstabilkan kualitas ketaqwaannya kepada Allah sampai kemudian Allah menakdirkan untuk bertemu kembali pada Ramadhan berikutnya. Ketika mendapatkan ujian para alumni ramadhan akan teringat dengan firman Allah :
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Qs. Al-Ankabut:2)

Ujian itu bukan hanya berupa sesuatu yang menyedihkan namun bisa juga dalam bentuk kesenangan, dan sekali lagi para alumni Ramadhan yang sudah selama satu bulan ditempa ia akan menjadi sangat berhati-hati dalam melakukan segala kegiatan karena ia sadar tak ingin menjadi kaum munafik yakni orang yang tak mampu mengambil pelajaran, perhatikanlah firman Allah :
“Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertobat dan tidak (pula) mengambil pengajaran?”

Ujian yang datang berupa musibah menghampiri kepada para alumni Ramadhan disikapinya dengan mengucap kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah) dengan berucap; “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (Al-Baqarah:156) .

Akhir-akhir ini kita mendengar banyak sekali ujian berupa musibah ditimpakan kepada bangsa Indonesia ini, Ramadhan tahun ini kita merasakan gempa yang bersumber di laut selatan pulau jawa. Kemudian beberapa hari yang lalu daerah sukabumi pun dilanda gempa yang memang tidak terlalu besar, belum selesai dengan hal tersebut dalam penglihatan kita Allah kembali menampakan kepada kita semua untuk diambil pelajarannya yakni gempa di Sumatera Barat tepatnya di Padang dan Pariaman yang berkekuatan 7,6 skala richter.

“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang?” (Al-Mulk :16).

Para Alumni Ramadhan yang menerapkan ihsan (yakni merasa diawasi oleh Allah) dalam kehidupannya sadar betul terhadap apa yang tertera dalam hadits bahwa bumi ini akan menjadi saksi atas semua perbuatan kita di muka bumi ini. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu Rasululullah saw. membaca ayat: “Pada hari itu, bumi menceritakan beritanya.” (Az-Zalzalah:4)

Para sahabat berkata ,”Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah saw bersabda,” Di antara cerita bumi ialah bumi menjadi saksi bagi setiap orang laki-laki dan orang perempuan atas apa saja yang telah ia kerjakan di atas bumi. Bumi berkata,’engkau berbuat ini dan itu pada hari ini dan itu, itulah berita yang di beritakan bumi (diriwayatkan Imam Ahmad). Astagfirullah… marilah kita memperbanyak istigfar… bumi Indonesia banyak berguncang bisa jadi karena kita terlalu banyak kemaksiatan di muka bumi ini, atau dalam hadits lain dikatakan: “Tidaklah seseorang melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dan ia berada di dalam satu kaum, namun kaum itu tidak mencegahnya walau mereka mampu, melainkan Allah akan menimpa bencana pedih ke atas kaum itu sebelum mereka meninggal.” ( HR Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al Asbhahani).

Kita lihatlah bersama wahai para Alumni Ramadhan yang bertaqwa, Bumi Indonesia ini negeri yang kaya namun begitu banyak permasalahan yang menimpa bangsa ini mulai dari krisis multidimensi kehidupan berbangsa, permasalahan korupsi yang sampai sekarang semakin runyam dengan pertarungan yang dikatakan buaya vis a vis cicak, bencana alam yang terus mengiringi kehidupan Indonesia. Bumi Indonesia ini telah Allah anugerahkan kepada kita semua dengan menakdirkan kita menjadi bangsa yang terbesar dalam jumlah pemeluk agama Islam ini, namun kenyataan yang kita lihat bersama adalah kenyataan yang menyedihkan yakni kualitas pemahaman terhadap agama Islam yang begitu lemah sehingga kita hanya seperti buih di lautan yang begitu banyak tapi gampang terhempas.
Jika kemudian negeri indah yang bernama Indonesia ini dihuni oleh warganya yang sholeh-sholehah maka hidup akan lebih tentram, karena orang mukmin itu memahami dengan baik fungsinya yakni nafi’an lighairihi (bermanfaat untuk orang lain). Sebenarnya pula “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Qs Ar Rum:41).

Jadi ketika kita membiarkan kemaksiatan terus mendera bangsa ini maka Allah akan terus memberikan pelajaran kepada kita semua untuk terus mengambil pelajaran. Lalu kemudian apakah kita akan terus membiarkan kemaksiatan itu menjadi karakter bangsa ini yang merupakan mayoritas Islam, tersiar kabar di tengah berbagai teguran dari Allah kepada kita akan datang pemeran penebar kemaksiatan untuk bermain film di Indonesia. Sekali lagi wahai para Alumni Ramadhan yang bertaqwa apakah kita akan rela jika bangsa ini mendapatkan murka dari Allah swt dengan membiarkan para penebar kemaksiatan berlenggok menghancurkan generasi yang daya hancurnya lebih dahsyat dari bom bali sekalipun karena mampu menghancurkan beberapa lapis generasi? Marilah kita memohon ampun kepada Allah atas segala kemaksiatan dan sebagai Alumni Ramadhan marilah kita terus stabilkan nilai-nilai ruhiyah dan berusaha semampu kita untuk mencegah kemaksiatan itu berada terus menggerus kehidupan pribadi dan masyarakat.

Tugas Alumni Ramadhan memang berat karena ia akan terus berjuang agar mempertahankan suhu yang sama seperti bulan Ramadhan dalam hal bersikap sholeh dan khusyu dalam beribadah, tapi itu semua tidaklah menjadi sesuatu yang berat jika memang kita ikhlas menjalaninya. Namun bgi para alumni Ramadhan yang sebenarnya hal itu tidaklah mudah karena ia akan terus mengingat-ingat keindahan dan kelezatan iman pada saat Ramadhan dengan kemudian ia tetap menghidupkan malam-malamnya dengan qiyamul lail, merasakan kembali kenikmatan berbuka dengan menghidupkan puasa-puasa sunnah yakni puasa yaumul baidh, puasa senin kamis atau bahkan puasa daud, meneguhkan sikap sholeh social dengan menerapkan sikap ihsan dalam menjalankan aktivitasnya.

Semoga kita semua diberikan oleh Allah kemudahan untuk terus membawa semangat Ramadhan dalam kehidupan selama sebelas bulan kedepan. Amin..selamat berjuang para Alumni Ramadhan… Allahu a’lam