Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

15 Oktober 2009

4 Wasiat Tentang Waktu

Dari 114 surah di dalam Al Quran, ada 4 surah yang dinamakan dengan waktu. Empat surah itu adalah QS Al Fajr [89], QS Al Lail [92], QS Adh Dhuhaa [93] dan Al ‘Ashr [103]. Al Fajr sendiri berarti waktu shubuh, Al Lail adalah waktu malam, Adh Dhuha adalah waktu dhuha, dan Al ‘Ashr yang berarti waktu ashar (menjelang matahari terbenam).

Pada keempat surah ini Allah ‘Azza Wa Jalla bersumpah dengan keempat waktu tersebut untuk mengingatkan manusia bahwa betapa pentingnya keempat waktu itu bagi sebuah rangkaian kehidupan manusia. Waktu adalah sebuah modal utama bagi seorang hamba Allah untuk menjalankan segala rangkaian kehidupannya dan tak dapat kembali jika sudah terlampaui. Begitu banyak orang yang akhirnya menyesal karena ia telah menyiakan waktunya yang tak dapat kembali itu. Keempat waktu tersebut memiliki keutamaan baik dari segi hikmah maupun ibadah yang menyertainya.

QS Al Fajr
Pada QS Al Fajr yang berarti waktu shubuh, Allah bersumpah dengan waktu shubuh untuk mengingatkan bahwa manusia itu tidaklah dipandang mulia atau hina dari harta yang Allah SWT anugerahkan kepadanya. Allah berfirman:

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dengan memberi kepadanya kelapangan (harta), maka ia berkata: ‘Tuhanku memuliakanku’. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya, maka ia berkata: ‘Tuhanku menghinakanku’. Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak mengajurkan (saling mengajak) untuk memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta warisan dengan jalan mencampuradukkan (yang halal dan yang bathil) dan kamu mencintai harta benda (dunia) dengan kecintaan yang luar biasa” (Q.S. Al Fajr [89]:15-20)

Ini untuk menjawab kekeliruan pemahaman manusia tentang struktur sosial seseorang selalu dipandang dari apakah ia berpunya atau tidak. Allah memakai kata-kata “menguji” dengan memuliakan hamba-Nya melalui rezeki yang lapang tetapi Allah juga memakai kata-kata “menguji” tidak untuk menghinakan hamba-Nya dengan membatasi rezeki nya.

Allah SWT membantah pemahaman manusia tersebut dengan kalimat ‘Sekali-kali tidak demikian’. Dalam membina kehidupan, seorang manusia selalu lalai atau tidak peduli akan keadaan sekelilingnya (anak yatim dan orang miskin). Demikian juga sumber konflik manusia modern selalu tertumpu pada harta (Dalam ayat ini adalah harta warisan). Ayat ini juga menyampaikan kepada kita bahwa kecintaan pada harta benda (baca Dunia) akan menyebabkan seseorang menjadi hina dihadapan Allah.

Ternyata kemuliaan seorang hamba itu di sisi Allah adalah orang-orang yang selalu peduli pada anak yatim, orang miskin, tidak menjadikan harta sebagai tujuan hidupnya dan tidak mencintai dunia secara berlebihan.

Keutamaan dari waktu fajr ini adalah dengan diwajibkannya sholat fardhu shubuh (Fajr). Allah SWT menyatakan keutamaannya di QS Al Israa’ [17]:78, “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir (dhuhur dan ashar) sampai gelap malam (maghrib dan isya’) dan (dirikanlah pula shalat) shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu disaksikan (oleh para malaikat).”

QS Al Lail
Pada QS Al Lail, Allah SWT bersumpah dengan waktu malam untuk mengingatkan hamba-hamba-Nya tentang kemuliaan seorang mukmin dan keutamaan amal shaleh mereka. Waktu malam adalah suatu waktu yang amat penting untuk beribadah kepada Allah SWT terlebih di sepertiga malam yang terakhir di saat Allah SWT sangat memperhatikan setiap hamba-Nya yang beribadah kepada-Nya. Hal ini terdapat di dalam sebuah hadish Qudsi. Rasulullah bersabda, “Allah ‘Azza wa Jalla turun ke langit bumi yang paling bawah setiap sepertiga malam terakhir dan berkata: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, pasti Ku-kabulkan doanya, siapa yang memohon kepada-Ku, pasti Ku-perkenankan permohonannya, dan siapa yang memohon ampun, pasti Ku-ampuni dosanya.’” (HR. Bukhari, Tirmidzi dan Ahmad)

Pada QS Al Lail Allah SWT menyampaikan bahwa kemulian seorang hamba-Nya itu terletak pada keikhlasannya dalam menafkahkan hartanya untuk membantu sesama. Allah berfirman:

“Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang kikir dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.” (QS Al Lail [92]:4-11)

Allah menjanjikan sebuah jalan yang mudah bagi hamba-Nya dalam kehidupan akhiratnya kelak. Sebuah kemudahan dalam menghadapi sakratul maut, ketika terjadi kiamat, ketika bangkit dari kubur, ketika waktu berhisab di padang mahsyar dan akhirnya mendapat surga yang penuh dengan kenikmatan.

Mayoritas ulama menyebutkan surah ini turun sebagai penghargaan Allah SWT kepada Syaidina Abu Bakr ra, ketika Beliau membebaskan Bilal bin Rabbah ra dari siksaan majikannya Umayyah Ibn Khalaf. Pada saat itu Abu Bakr ra harus membayar mahal tebusannya untuk membebaskan Bilal ra. Ini termaktub dalam ayat-ayat akhir dari QS Al Lail:

“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling bertaqwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhan nya Yang Maha Tinggi. Dan kelak ia benar-benar mendapat kepuasan.” (QS Al Lail [92]:17-21)

QS Adh Dhuha
Pada QS Adh Dhuha Allah SWT bersumpah dengan waktu dhuha yaitu waktu matahari naik sepenggalahan. Cahayanya ketika itu tidak terlalu terik sehingga tidak mengganggu sedikitpun. Panasnya masih memberi kesegaran dan kenyamanan bagi seluruh makhluk ciptaan Allah SWT. Dalam surah ini Allah bersumpah bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya apalagi membenci mereka (ayat 3) dalam mengarungi kehidupan dan Allah menjanjikan bahwa perjuangan hidup yang disertai dengan ketaqwaan kepada Allah SWT akan berbuah keberuntungan dan kemuliaan serta kesuksesan pada akhirnya (ayat 4-5).

Riwayat yang dapat dipercaya mengenai turunnya surah ini adalah ketika itu wahyu yang diterima Rasulullah saw berhenti untuk beberapa saat. Nabi sangat gelisah dan takut akan terjadi sesuatu. Sampai-sampai pada saat itu kaum musyrikin Mekah berkata, “Tuhan Muhammad telah meninggalkannya.” Dan berita ini menyebar kemana-mana. Tidak berapa lama kemudian turunlah surah Adh Dhuha ini untuk menghibur Nabi. Kebiasaan surah-surah Al Quran jika tidak ada nama seorang hamba Allah yang spesifik di dalam surah tersebut, maka surah itu berlaku umum untuk seluruh hamba-hamba-Nya walaupun turunnya surah ini adalah berkenan dengan peristiwa yang dialami Nabi.

Di akhir surah ini Allah menyampaikan tuntunan kehidupan agar hamba-hamba-Nya tidak berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim (ayat 9), dan juga tidak menghardik orang yang membutuhkan bantuan/pertolongan (ayat 10), serta apapun yang Allah karuniakan hendaklah disyukuri atau ditampakkan (ayat 11)

Mengenai karunia Allah SWT yang hendaknya disyukuri/ditampakkan ini suatu riwayat menjelaskan sahabat Nabi yang bernama Malik Ibn Nadhrah Al Jusyami ra suatu ketika berada disamping Nabi dalam sebuah majelis. Ia memakai pakaian yang sangat jelek. Rasulullah bertanya kepadanya, “Apakah engkau memiliki harta? Malik menjawab, “Saya memiliki berbagai macam harta.” Rasulullah kemudian berkata, “Apabila Allah telah menganugerahkan kepadamu harta, maka hendaklah terlihat bekas tersebut pada dirimu. Allah itu Maha Indah dan sangat suka kepada keindahan serta sangat senang melihat bekas nikmat yang dianugerahkannya kepada hamba-Nya.” (HR Nasa’i)

Demikianlah surah ketiga dalam Al Quran yang berbicara mengenai waktu. Rasulullah saw mengajarkan kita untuk mendirikan sholat sunnah dhuha yang amat penting untuk diteladani.

QS Al ‘Ashr
Waktu ‘ashr adalah waktu ketika matahari telah menuju kepada terbenamnya. Allah ‘Azza wa Jalla bersumpah dengan waktu ‘ashr karena perjalanan usaha manusia (dalam mencari nafkah dan penghidupan) sejak pagi sampai sore hari sudah dapat dilihat hasilnya pada saat ‘ashr. Hal ini untuk memperlihatkan apakah hari itu ia merugi ataupun ia mendapat keuntungan.

Dalam surah ini Allah memperingatkan tentang pentingnya untuk mengisi waktu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Sebab jika tidak dimanfaatkan dengan baik hal itu akan menjadikan kerugian bagi diri sendiri (ayat 2). Allah mengingatkan bahwa semua aktifitas manusia (baik dalam mengumpulkan kekayaan ataupun mendapatkan kekuasaan) adalah sebuah kerugian tanpa dilandasi oleh iman dan amal shaleh (ayat3)

Iman adalah keyakinan akan adanya Allah SWT sedangkan amal shaleh adalah segala perbuatan yang beguna baik untuk pribadi, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan yang mendatangkan kebaikan. Iman dan amal shaleh adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan sama sekali karena iman harus dibuktikan dengan amal shaleh, sedangkan amal shaleh tidak mendapat penghargaan disisi Allah sedikitpun tanpa adanya iman. Seseorang yang melakukan suatu pekerjaan tetapi atas dasar dorongan ingin dipuji atau ingin memperoleh keuntungan materi semata, maka pekerjaannya tidak dapat dinilai memenuhi syarat amal shaleh.

Allah menyampaikan tutunannya kepada hamba-hamba-Nya bahwa keberuntungan itu akan diperoleh oleh hamba-hamba-Nya yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Kebenaran harus disampaikan dengan cara yang santun dan dilandasi dengan sabar agar dapat membekas kepada orang yang menerimanya. Dalam roda kehidupan yang terus berputar, kebenaran dan kesabaran harus selalu mengiringi langkah setiap hamba-hamba Allah SWT agar memperoleh keberuntungan. Iman Syafi’I menilai surah Al ‘Ashr ini adalah sebuah surah yang sangat sempurna dalam hal petunjuk. Beliau berkata, “Seandainya umat islam memikirkan kandungan surah ini, niscaya tuntunan (petunjuk)nya mencukupi mereka.”

Demikianlah surah yang keempat dan terakhir dalam Al Quran yang berbicara mengenai waktu. Allah mewajibkan kepada hamba-hamba-Nya untuk melaksanakan sholat ashr pada waktu ini. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang sholat shubuh dan ‘ashr tepat pada waktunya, pasti ia akan masuk surga.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kesimpulan:
Dari keempat surah mengenai waktu (Al Fajr, Al Lail, Adh Dhuha dan Al ‘Ashr) semuanya menekankan akan pentingnya amal sholeh dalam kehidupan manusia. Kepekaan terhadap lingkungan (anak yatim dan orang miskin) harus selalu terasah dan dibuktikan dengan perbuatan (Surah Al Fajr, Al Lail dan Adh Dhuha). Demikian juga seorang hamba Allah harus tetap saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran baik kepada sesama muslim maupun kepada manusia lain yang tidak seiman (Surah ‘Al Ashr) agar dunia ini selalu dalam kedamaian dan jauh dari konflik dan peperangan. Dunia ini indah bukanlah karena harta yang melimpah, tapi dunia ini indah karena keindahan akhlak hamba-hamba Allah yang santun dan menyebarkan kedamaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar